Jadi dahulu kala ada seorang nenek tua yang miskin dan memiliki seekor
kuda putih yang cantik, karena sangat cantiknya sehingga Raja pun ingin
membeli kuda itu dengan harga yang sangat tinggi, tetapi karena saking
sayangnya dengan kuda itu sehingga nenek itu tidak menjual kuda putih
itu. Pada suatu hari ternyata kuda putih itu di curi orang. lalu orang
desa berdatangan
“Wahai orang Tua Bodoh” kudamu sudah dicuri orang, padahal kalau kamu
jual kamu akan mendapatkan uang banyak dan kamu akan kaya dengan
keluargamu. tapi kuda itu sekarang sudah hilang, kamu dikutuk oleh
kemalangan.
Nenek itu menjawab: “Jangan bicara terlalu cepat, katakan saja bahwa
kuda itu tidak ada di kandang, itu saja yang kita tahu, selebihnya
adalah penilaian. Apakah saya dikutuk atau tidak, bagaimana kamu dapat
mengetahui itu? bagaimana kamu dapat menghakimi?”
Orang Orang desa itu protes “Jangan menggambarkan kami orang bodoh. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan”
Nenek itu menjawab lagi: Yang saya tahu bahwa kandang itu kosong, apakah
itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. yang dapat kita
lihat hanyalah sepotong saja. kita tidak tahu apa yang akan terjadi
nanti. Orang-Orang Desa tertawa dan mengatakan nenek tua itu bodoh, kalo dia jual kuda itu pasti dia akan hidup kaya-raya.
Setelah 15 hari, kuda itu kembali. Ternyata kuda itu tidak dicuri tetapi
lepas dan lari ke hutan. tidak hanya kembali tetapi kuda itu juga
membawa selusin kuda liar dari hutan yang ikut bersamanya. mengetahui
hal itu orang desa kemabli ketempat Nenek tua itu.
“Orang tua, anda benar dan kami salah. yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. maafkan kami”
Namun, apa jawaban nenek tua itu?
“Sekali lagi kalian bertindak gegabah. katakan saja bahwa kuda itu sudah
balik. katakan saja selusin kuda balik bersamanya, tetapi jangan
menilai. bagaimana kalian tahu bahwa ini berkat? kalian hanya melihat
sepotong saja. kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita”
Orang-Orang desa tidak banyak berkata-kata lagi, tetapi dalam hati
mereka bahwa orang tua itu salah, dengan menjinakkan 12 kuda itu lalu
dijual maka nenek tua itu akan menjadi banyak uang.
Orang Tua itu mempunyai anak laki-laki, dan anak laki-laki itu mulai
menjinakkan kuda-kuda liar itu. setelah beberapa hari, ia terjatuh dari
salah satu kuda dan kedua kakinya patah.
Sekali lagi berkumpuk di sekitar orang tua itu dan menilai.
“Engkau benar, orang tua” kata mereka “engkau sudah membuktikan bahwa
perkataanmu memang benar. selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah
kutukan.satu-satunya puteramu telah patah kedua kakinya dan sekarang
dalam usia tuamu kamu tidak punya siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang
kamu lebih miskin lagi.
Nenek tua itu berbicara lagi
“Ya, Kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai dan menghakimi.
jangan keterlaluan. katakan saja bahwa anakku patah kaki. Siapa yang
tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai
sepotong cerita, Hidup ini adalah sepotong-sepotong”
Maka, terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri
tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya
anak si orang tua yang tidak diminta karena patah kaki. Sekali lagi
orang-orang desa berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan
berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur.
Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali.
“Engkau benar orang tua” Mereka menangis, “Tuhan tahu, Engkau benar. Ini
buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. kakinya patah, tetapi
paling tidak ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya”
Orang tua itu berbicara lagi,
“Susah sekali berbicara dengan kalian. kalian selalu menarik kesimpulan.
Padahal tidak ada yang tahu kejadian seutuhnya. Katakan saja anak-anak
kalian pergi berperang dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah
berkat dan kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengatahui.
Hanya Tuhan yang tahu.
Dari penggalan kisah diatas kita dapat mengambil sebuah pelajaran. Apakah itu? Ya, kita sebagai manusia biasanya cenderung mudah menarik kesimpulan dan menilai sebuah kejadian yang belum kita ketahui secara pasti kisah lengkapnya. Biasanya kita terlalu mudah menilai sesuatu meski baru mengetahui sepenggal kisah saja. Nah, ibarat membaca sebuah buku harusnya kita membaca keseluruhan isi buku sebelum bisa menyimpulkan isi buku tersebut secara pasti. Semoga esok lebih baik.